Rabu, 28 Januari 2009

Sekaligus Mengawini 800 Betina


oleh: Dadan Wahyudin
(Artikel ini dimuat di majalah Intisari - Gramedia - Edisi September 2002 hal 98-104)

OLIVIA II mampu mengawini 800 ekor betina dalam sekali ejakulasi. Nama boleh feminim, tapi inilah sapi pejantan super bangsa Ongole di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang yang dipelihara bersama pejantan lainnya seperti: Orlando, Badranaya, Hackett, Tedong Bona, dan juga Hunter. Mereka memang dipelihara untuk memperbaiki mutu genetik sapi di pelosok Nusantara.

Sapi dan kerbau di BIB Lembang, Jawa Barat merupakan para pejantan unggul yang terpilih melalui seleksi ketat. Mereka berasal dari segala penjuru Nusantara, seperti: NTT, Sulsel, Sumut, Bali, Jateng, Jatim, Jabar bahkan sebagian lagi sengaja didatangkan dari Belanda, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Begitu terpilih, mereka memiliki acara dan kegiatan rutin yang ketat bak di asrama. Misal, setiap pagi dimandikan sementara kandangnya dibersihkan oleh petugas. Sebelumnya mereka menikmati menu sarapan pagi berupa konsentrat sebanyak 5 kg per ekor. Usai mandi, sudah tersedia cacahan rumput gajah segar. Sekitar pukul 14.00, mereka santap siang lagi.

Seminggu sekali seusai diambil semennya (semen = sperma plus cairannya), untuk memulihkan kondisi agar selalu prima, pejantan menikmati tinggal di alam bebas selama sehari semalam di lintasan kabel yang disebut line-bull. Di padang rumput mereka memperoleh ruang gerak leluasa, sinar matahari penuh dan rumput afrika secara tak terbatas. Secara berkala, mereka mendapatkan layanan kesehatan berupa vaksinasi, timbang badan, pemberian hormon dan vitamin, pemotongan kuku dan tanduk, pemberantasan ektoparasit, dsb.

Dibalik performa tubuh tegap dan gagah, kualitas sperma memegang peranan penting untuk meraih kelayakan sebagai penyandang predikat superbull. Selain berpostur menawan, para pejantan berbobot 800 -1.350 kg ini juga memiliki kualitas sperma berkualitas prima sehingga layak disebut pejantan super negeri ini. Sperma mereka itulah yang kelak akan memperbaiki keturunan ternak sapi di seluruh Nusantara lewat program inseminasi buatan (IB).

Tertipu vagina buatan

Suhu udara kota kecil Lembang di kawasan Bandung Utara cukup menggigil di pagi hari. Usai mandi sesuai jadwal tertera, para pejantan siap diambil semennya, yang biasanya dilakukan seminggu sekali.

Semen pejantan ditampung dengan menggunakan vagina buatan (artificial vagina/AV) yang dibuat menyerupai kondisi aslinya. Vagina buatan berupa selongsong karet bagian dalam (inner liner) yang dimasukan dalam silinder tebal. Tabung sperma ditautkan pada ujung corong karet itu. Air hangat bersuhu 40-48 derajat celcius dimasukkan pada lubang ventilasi. Kemudian tekanan diatur dan so pasti ditambahkan pelicin berupa vaselin. Vagina buatan pun siap digunakan untuk mengelabui para pejantan dan merupakan simulasi sempurna dari perkawinan alam.

Untuk memnacing birahi si penjantan hingga mengeluarkan semennya, biasanya digunakan teaser (hewan pemancing). Uniknya di BIB Lembang, teaser bukanlah sapi betina tapi sapi jantan juga. Dengan tangan siap memegang vagina buatan, petugas penampung semen harus sabar menunggu pejantan ereksi dan menaiki teaser. Juga mesti hati-hati agar tidak ditanduk. Begitu si pejantan benar-benar libidonya meningkat dan bersemangat menaiki teaser, praeputium (kulup) segera digenggam dan ujung penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Dalam waktu relatif singkat, semen pejantan pun menyembur dan tertampung dalam tabung penampung semen. Sial, betul mereka. Pagi-pagi sudah tertipu dua kali.

Pengolahan semen

Semen yang sudah ditampung kemudian dibawa ke laboratorium. Soalnya, sperma yang ada dalam semen itu cukup sensitif terhadap sinar matahari, goncangan atau perubahan suhu ekstrim. Pemeriksaan pertama secara makroskopik dilakukan meliputi bau, volume, dan derajat kekentalan. Diteruskan dengan uji mikroskopik meliputi gerakan massa, motilitas dan konsentrasi (jumlah) sperma.



Selanjutnya semen yang memenuhi syarat (baca pula : Sperma dalam Angka) diencerkan dengan bahan pengencer. Penambahan pengencer diharapkan mampu menambah volume, menyediakan nutrisi untuk spermatozoa, melindungi dari kejutan dingin (coldshock) juga sekaligus bisa mencegah pertumbuhan kuman. Karena sperma dalam cairan semen cukup peka terhadap perubahan suhu, jika suhu diturunkan drastis, mereka akan mengalami shock dan berujung kematian.

Di Laboratorium BIB Lembang, semen dicampur dengan Part A primer yang disiapkan dalam water jacket dengan temperatur 37 derajat celcius dan disimpan dalam lemari inkubator (minimal satu jam sebelum dicampurkan). Setelah dicampurkan, semen disimpan dalam cold top bersuhu 4-5 derajat celcius selama 35 menit sambil menurunkan suhu semen secara perlahan-lahan kemudian bila suhu telah sama segera lepas dari water jacket.

Setelah 50 menit dicampurkan lagi dengan Part A ekstra. Pencampuran dengan Part B (gliserolisasi) dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali, masing-masing 1/4 dengan selang waktu 15 menit di dalam cold top. Tiga jam setelah pencampuran dengan Part B selesai (atau lima jam dari Part A), semen diisikan ke dalam kemasan straw (seperti jerami plastik) dengan menggunakan alat Filling and Sealing Machine.

Semen dibekukan

Begitu dibekukan, semen dapat tahan hidup lama dan bisa didistribusikan tanpa terhambat oleh jarak dan waktu. Sperma dalam straw kemudian disimpan dalam rak dan dihitung. Secara perlahan suhu diturunkan dengan mengangin-anginkan straw pada suhu minus 110-120 derajat celcius selama 9 menit. Untuk mendapatkan suhu serendah itu, rak straw ditempatkan 4 cm di atas permukaan Nitrogen cair. Selanjutnya dibekukan dengan cara dibenamkan dalam storage container bersuhu minus 196 derajat celcius untuk pemakaian dalam waktu tidak terbatas.

Semen beku disimpan dalam storage container yang didalamnya terdapat 78 canister (semacam kaleng kecil). Tiap canister terdiri atas tiga goblet (semacam gelas) dan setiap goblet berisi 550-750 straw. Dengan demikian, setiap storage container mampu menampung 150.000 dosis straw mini dalam rendaman 210 liter Nitrogen cair. Untuk memudahkan pencatatan, masing-masing canister diberi nomor untuk lokasi. Sedangkan identitas breed pejantan dibedakan berdasarkan warna straw.

Untuk mengetahui kelayakan semen beku, sebelum berlangsung IB dilakukan pemeriksaan kualitas semen beku. DI BIB Lembang digunakan dua macam tes, yakni after thawing test (uji setelah pencairan kembali dengan air hangat selama 15 detik) dan water incubator test (menyimpan semen dalam akuabides dengan suhu 37 derajat celcius selam 4-7 jam yag merupakan asumsi waktu tempuh sperma menuju ovum).

IB harus tepat waktu

Namun, semen beku dari para superbull yang didistribusikan ke segala penjuru Nusantara tidak akan berarti apa-apa jika fase akhir prosedur inseminasi tidak diterapkan semestinya. Inseminasi buatan merupakan teknik perkawinan dengan menggunakan alat berupa pipet atau insemination gun. Semen harus dideposisikan atau diinseminasikan pada saluran kelamin betina pada tempat dan waktu terbaik sehingga memungkinkan terjadi pertemuan antara sperma dan ovum sehingga berlangsung proses pembuahan.

Ukuran keunggulan pejantan atau keberhasilan IB pada umumnya ditandai dengan tingginya angka konsepsi (kebuntingan hasil inseminasi pertama) dan Non return Rate/NR (persentase hewan tidak kembali minta kawin) juga Service per Conception (S/C) atau jumlah inseminasi per kebuntingan, dsb. Faktor pejantan, prosesing semen beku, kondisi sapi betina, inseminator, cuaca ataupun pakan kerap kali berpengaruh terhadap keberhasilan IB. Sederhananya, Pak Amat sebagai peternak dituntut jeli mendeteksi tanda-tanda birahi (estrus) sapi betina miliknya. Bila ia terlambat melapor ke petugas inseminator, maka mesti menunggu periode estrus mendatang untuk bisa di-IB. Juga kekurangcakapan inseminator menguasai teknik inseminasi akan mengurangi keberhasilan program ini.

Keberhasilan itu bisa ditunjukkan dengan terlahirnya anak sapi bergenetik unggul padahal induknya sapi lokal. Maka mereka yang telah mewariskan sifat-sifat unggul itu pun pantas menyandang penjantan tangguh. (Dadan Wahyudin, di Bandung)


Inboks: Sekaligus Mengawini 800 Betina (MajalahIntisari - Edisi September 2002 hal 101)

SPERMA DALAM ANGKA



Seekor sapi jantan dalam sekali ejakulasi menghasilkan semen 5 – 8 ml dengan konsentrasi 1 satu miliar hingga 5,8 miliar sel sperma. Jumlah rata-rata sperma per ejakulat 4,8 miliar sel dengan sperma motil (agresif) berkisar 65%. Standar minimum bagi kualitas semen yang bisa diproses untuk IB minimal mengandung 500 juta sel per ml dan 50% sperma hidup dan motil. Setiap ml untuk pemakaian IB (dosis IB) harus mengandung sedikitnya lima juta sel sperma hidup dan motil.

Sedangkan untuk semen beku, karena 50% sperma mati gara-gara proses pembekuan, maka dosis IB sapi paling sedikitnya harus mengandung 12 juta sel sperma.
Sebagai contoh, pejantan Olivia II menghasilkan 5 ml semen per ejakulat dengan nilai D/+++/80 p. Perhitungan pengencerannya: 1 ml semen mengandung (80/100) x 1 miliar atau 800 juta sel sperma motil. Kadar pengencerannya sama dengan jumlah sel sperma dibagi dosis IB berarti 800 juta sel dibagi 5 juta sel = 160 dosis IB. Semen sapi Olivia II dengan volume 5 ml dapat diencerkan 5 x 160 = 800 dosis untuk menginseminasi 800 ekor sapi betina.

Sementara dosis IB mengunakan semen beku sapi yakni 12 juta sel sperma. Kadar pengencerannya: 800 juta sel dibagi 12 juta sel =66,67. Untuk 5 ml berarti 5 x 66,7 = 333 straw untuk menginseminasi 333 sapi betina dengan semen beku.

Namun perlu diingat, sekian miliar sel hidup dan motil itu berkompetisi menembus berbagai rintangan dan alangan, hingga akhirnya hanya satu sel sperma yang mencapai ovum (sel telur) sehingga terjadi fertilisasi. Sedangkan sisanya jutaan atau miliaran sel sperma itu mati sia-sia. (Dadan Wahyudin, di Bandung)

Catatan :
Tulisan ini memotivasi penulis selanjutnya untuk aktif menulis di media cetak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar