Kamis, 25 November 2010

Bekerja sebagai Jurnalis Kampus


Laporan jurnalis ini saya lakukan pasca mengikuti kegiatan Napaktilas Resimen Mahasiswa Tingkat Nasional di Universitas Jenderal Soedirman dalam Rute Gerilya Tentara Pelajar selama 4 hari dari Banjarnegara-Banyumas berakhir di Kampus Unsoed, Grendeng, Purwokerto bulan Maret 1995.

Bila awalnya naik bus dari Cicaheum - Cirebon - Tegal -Purwokerto, pas pulangnya naik melalui jalur selatan via Ciamis - Tasik. Saya minta turun di daerah Cikoneng sekitar pukul 16.00. Langsung naik ojeg menuju kediaman Pak Daryo, Ketua Kelompok Pakujajar. Inilah laporan dimuat di Majalah InteresT, Edisi 4/1995.


PAKUJAJAR UPAYA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI AYAM BURAS

Posted on May 19, 2010 by dadanwahyudinonline

oleh : Dadan W. Dhien

Kelompok Pakujajar mampu menarik perhatian masyarakat peternak, instansi hingga Komisi VII DPR RI pernah mengunjunginya. Berbagai prestasi pernah diraihnya dalam mengembangkan budidaya ayam buras. Wartawan InteresT, Dadan W. dhien menyambangi langsung lokasi kelompok peternak ini.

Adalah Kelompok Peternak ayam buras, terletak di dusun Kadupugur, Desa Gu­nung Cupu, Kec. Cikoneng Kab DT. II Ciamis. Bermula dari keinginan Bapak Daryo dan beberapa rekannya untuk mengembangbiakan ayam buras untuk mengisi waktu luang di sela-sela bertani. Alasan ini logis, mengingat sehabis pekerjaan di sawah/ladang masyarakat tidak melakukan aktivitas lagi. A­palagi bila padi sudah lepas penyiangan, maka hari-hari panjang penuh penantian ba­gi petani dan lebih banyak lagi waktu luangnya. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan penda­patan perkapita masyarakat.

Awalnya, pemeliharaan dilakukan secara sederhana dan bertahap. Kandang-kan­dang terbuat dari bambu mengisi pekarangan rumah-­rumah anggota. Arah pemeli­haraan tidak ditujukan untuk produksi daging, namun ditujukan untuk mensuplai kebutuhan telur, DOC (anak ayam sehari) dan ternak bibit.

Seleksi terhadap bibit diarahkan pada peningkatan produksi telur secara maksimal. Oleh karena itu, kelompok ini sangat meng­hindari perkawinan silang yang menghambat produksi telur, seperti blasteran deng­an ayam pelung, ayam bang­kok, ayam kate dll. Seleksi lain, ayam buras terpilih yakni ayam-ayam mam­pu bertelur di atas 14 butir.

Keberhasilan kelompok i­ni dalam mengembangkan usaha ini tak lepas dari tatacara pemeliharaan. Konsumsi ra­nsum yang diberikan untuk dewasa 80 gr/ekor/hari de­ngan format perbandingan layer : dedak adalah 1:3 untuk kandang battere, dan 1:5 untuk kandang ren. Untuk dara 60 gr/ekor/hari dengan ratio (grower:dedak = 1:3) dan anak ayam 20 gr/ekor/ hari starter penuh. Selain itu pem­berian hijauan 10-20% dan pakan yang diberikan dan pemberian lancang (kerang) kira-kira 10% setelah ber­produksi.

Untuk mengatasi wabah penyakit tetelo, lebih di­tekankan pada tindakan preventif dengan vaksinasi berkala. Pola 4-4-4 diterapkan ke­lompok ini. “Daripada rugi 20 ekor mati semua, saya sarankan agar menjual 1-2 ekor anak ayam untuk beli vaksin”, ujar Daryo S kepada InteresT. Selanjutnya ia menje­laskan urgensinya vaksinasi, meskipun ayam kurang dari batas minimal, 100 ekor, vaksinasi harus tetap dilaksanakan. Agar efektif, anggota bergabung, sehingga vaksin dibeli tidak terbuang percuma.

Produksi telur merupakan prioritas tujuan produksinya, yakni menghasilkan telur tetas maupun telur konsumsi. Berbeda dengan ayam ras, ayam buras masa bertelur pendek dan sifat mengeramnya tinggi. Hal ini disiasati dengan memberi perla­kuan mengatasi kendala tersebut yaitu dengan me­mandikan lalu menjemur kira-kira 2 hari. Setelah itu dimasukan kandang ren bersama-sama pejantan un­tuk merangsang aktifitas hormonal. Ayam pun dapat segera bertelur kembali pada 5-10 hari dengan ransum yang ba­ik.

Efiensi produksi akan sangat tergantung pada kalkulasi berupa kon­versi makanan dan biaya-biaya produksi lainnya. Bi­aya produksi perhari dikeluarkan Rp.40/ ekor. Untuk ayam yang bertelur 2-3 hari sekali masih dipertahankan walaupun ke­untungan relatif kecil. Di atas itu, terpaksa ayam diapkir. (**/dan)

InteresT, Majalah Fakultas Peternakan, Unpad, Edisi 04/1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar